Senin, 08 Juni 2015

Surat Cinta dari Putri Kecilmu

Aku menatap hari ini, diatas kasur empuk yang kau belikan duatahun yang lalu sebagai bekal untukku merantau. Langit cerah diluar sana, tapi aku belum beranjak. Setelah shalat subuh, aku memutuskan untuk beraktivitas dikamar untuk mengistirahatkan otot-otot dan pikiranku setelah akhir-akhir ini kugunakan untuk berbagai hal yang cukup melelahkan. Didepan laptop yang kau belikan empat tahun yang lalu sebagai bekal untukku belajar, di layarnya terpampang daftar anak-anak yang hendak mengikuti kegiatan Ramadhan. Ditengah-tengah pendataan dan puluhan telpon dari orangtua anak-anak yang hendak mendaftar, kalian tetap yang utama berada di pikiranku.

Di perantauan tahun kelima, belum ada yang bisa kuberikan kepadamu. Aku masih putri kecilmu yang selalu merepotkan. Dulu dengan 'ompol'ku, manjaku dan tangisanku. Kini, selain dengan curhatan tentang berbagai masalah di perantauan, aku merepotkanmu dengan kebutuhan yang belum bisa kupenuhi sendiri. Aku masih putri kecilmu.

Pertemuan kita sangat sedikit, dikarenakan aku yang jarang sekali pulang. Bukan tidak ingin, tetapi banyak hal yang mungkin sedikit menghambat kepulanganku. Tak apa, saat ini ada media komunikasi lain untuk saling bertukar kabar. Selain itu, aku yakin "doa" adalah media komunikasi yang sangat baik untuk saling menyampaikan kecemasan kita kepada-Nya dan memohon 'keselamatan' untuk kita.

Kita yang memutuskan bersama untuk semua perjalananku. Terlepas dari berbagai keinginanku untuk memilih 'tempat belajar', dengan restumu aku berada disini. Aku belum dewasa. Tetapi disini aku banyak belajar, tentang kehidupan. Di kota ini, banyak sekali yang berbeda dengan di kampung sana, dari mulai kondisi lingkungan sosial, geografis, budaya, dsb. Aku harus menyesuaikan diri dengan cepat. Alhamdulillah, dengan restumu aku bisa beradaptasi. Aku bisa kesana kemari, menemukan banyak hal yang menjadi bahan pembelajaranku.
Di kota ini, aku banyak bertemu dengan orang-orang hebat yang baik hatinya, mereka yang membantuku belajar. Mereka menjadikanku sebagai saudaranya, mereka selalu ada untukku.  Akupun bertemu dengan orang-orang hebat lainnya -anak-anak yang aku bina dan orangtuanya, dosen-dosenku, anak-anak yang kujadikan objek pengamatan untuk tugas kuliah, dll. Mereka mengajariku banyak hal, tentang kehidupan.



Aku banyak belajar, terutama bahwa dalam kehidupan ini kita tak punya kuasa, kita hanya punya usaha. Allah-lah yang Maha Memiliki Kekuasan. Kita tidak bisa kecewa dengan apapun yang Allah takdirkan kepada kita, karena Allah selalu mengatur skenario indahnya.

Terimakasih karena telah merestuiku berada disini, dengan do'amu yang maha ajaibnya, pun dengan materi yang selalu kau cukupi. Bagiku, restu Allah adalah restumu.
Aku belum bisa membalasnya, terkecuali dengan do'a dan terus belajar tentang kehidupan ini, sehingga aku bisa menjadi hamba-Nya yang bermanfaat terutama untuk kalian, Mah, Pak. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang tak terbendungkan.

Aku ingin menjadi kaya, dan orang paling kaya itu orang yang selalu mensyukuri apapun yang ia dapatkan. Maka, aku ingin banyak-banyak bersyukur, akan kesempatan hidup dan kesempatan untuk 'belajar' ini. Semoga kita menjadi orang kaya dimata-Nya, dan tidak menjadi orang yang 'sia-sia'. Apapun yang kita lakukan semoga diridhoi-Nya.

Terimakasih, aku sayang semuanya, Mamah, Bapak, Irfan. Selalu do'akan aku yaa...

Gegerkalong Girang, 08 Juni 2015
Dengan penuh cinta,


Dedeh Badrullaela
(Terimakasih telah memberiku nama ini,
nama yang maknanya begitu indah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar