Bandung, 30 Maret 2014
Belajar maha luas. Mendapatkan ilmu tidak mengenal waktu dan tempat. Mendapatkan ilmu dari apa dan siapapun.
Belajar maha luas. Mendapatkan ilmu tidak mengenal waktu dan tempat. Mendapatkan ilmu dari apa dan siapapun.
Quotes dari apa yang aku dapatkan hari ini tatkala
“first time” ikut mentoring PAS ITB. Jemariku sudah tak sabar untuk menceritakannya
! ^^
Ya. Saat ini aku tengah berusaha memasuki dunia
PAS-ITB. Cielaah. Dari sekian organisasi yang melintas dalam pemikiranku,
ternyata inilah yang kupilih. PAS-ITB. Haha. Masih alur PKB memang, tetapi aku
telah jatuh cinta (semoga Allah memberi jalan). Pertemuan demi pertemuan dalam
alur PKB senantiasa ku ikuti dengan senang hati. Dari tujuh pertemuan yang
harus dilewati, ternyata sudah empat pertemuan !
Setiap pertemuan memiliki kesan tersendiri. Apalagi
perihal tugas. Gokil guys ! Aku memang
selalu mengerjakan tugas tersebut (sekalipun ngasal haha) dan ternyata
selalu ada reward ! Duhai senangnya. (narsis mode: on). Hanya satu tugas yang
belum terlaksana, tugas Ka Waketum tuh. Huwaaaaaa.. Tapi aku akan berusaha
melaksanakannya, optimis ! :*
Nah di pertemuan ke empat, kakak Larva Semut Merah
diperbolehkan magang di mentoring ahad. Si “aku” yang memang nggak ada kerjaan pasti bersedia dong,
meskipun diiringi keraguan “Bisi
garing karena nggak konsol dulu”.
Singkat cerita, hadirlah aku dalam mentoring ahad yang diawali dengan Embun
Pagi. Rasanya, inilah pertama kalinya merasa ada yang “kurang” ketika ke
Salman. Apa itu ? Hanya aku dan Dia yang tahu. Haha (ga penting sih).
Selanjutnya.... Kikuk banget selama
Embun Pagi. Sifat pemalu ku muncul seketika dan mengacaukan emosiku. Deg-degan.
Itulah. Alhamdulillah, aku masih bisa menyerap ilmu dari tausiyah kala itu,
sedikit mah.
Tiba saatnya mentoring ~
Aku ditempatkan di kelompok TeKa, Abdul Malik.
Tentu sebelumnya dipertemukan terlebih dahulu dengan kakak kelompoknya yaitu Ka
Nabil. Sebelum circle time, aku hanya mematung. Bingung luar biasa, mana adik
kelompoknya tak tau entah yang mana. Kakak yang lain tentu sudah mengenal
adiknya masing-masing. Huooo...Tetapi kekacauan emosi yang membuatku mematung
kala itu, ter-beres-kan oleh circle time. Navira sungguh aktif sehingga
membuatku tak bisa diam. Adik lain pun (yang entah kelompok mana) banyak yang tanpa kakak, langsung saja ku rangkul.
Circle time berakhir... Saatnya ke tikar dan aku ngga tau apa yang akan dilakukan. Hoho.
Ah ternyata BBAQ. Hey, ini anak TeKa, masih moody
lah buat belajar formal seperti baca iqro. Navira bergelayut manja di
pangkuan ka Nabil. Fatha tak bisa dipisahkan dengan bundanya (iyalah *eh), dan
Ka Tata sudah asyik dengan Farel. Diriku ? –krikkrik-
Tak lama, datanglah Zahran. Syukurlah, aku ngga mematung lagi. First sight-ku pada
Zahran ialah adik yang cerdas, aktif dan menyenangkan. Dia lantas membuka iqro
dan dengan semangatnya menunjukkan batas bacaan
terakhirnya. Tetapi dia lantas membolak-balikkan halamannya dengan ekspresi
lupa nan polos pun imut. Lalu aku bertanya (biar cepet) “Jadi, sudah sampai
mana iqro-nya?” Dia lantas menunjukkan satu halaman. “Eh salah bukan yang ini”
ucapnya sembari membuka halaman yang lain, dan hal itu ia lakukan sekitar dua
kali lagi sebelum ia mengatakan “Nah yang ini Kak !” “Wah sudah jauh ternyata”
ucapku. “Hahaha kakak ketipuuuuu...kakak percaya aja??” –plaakkk- ini adik TeKaaaaaa....huhuhu.. Tetapi, baiklah, setidaknya first
sight-ku itu memang benar. Zahran anak yang cerdas, aktif dan “menyenangkan”.
Dia membaca iqronya satu halaman ! Nice ! Dan ketika akan sarapan dia beradu
argumen terlebih dahulu. Kenapa makan harus memakai tangan lah, dan lain-lain.
Konyolnya, ketika aku mencoba memahamkannya dengan cerita (seperti petuah bu
Mimin), dia menolak. Aaarrggghh. Yasudah, pada akhirnya dia mau makan
menggunakan tangannya koq.
Selanjutnya, Navira merengek ingin lari-lari di
lapangan rumput. Aku bingung, sungguh. Takut dimarahi kakak yang lain sih
gara-gara meninggalkan tikar. Tetapi mana mungkin membiarkan Navira
berlari-lari sendiri ? Zahran pun demikian. Akhirnya aku mengikuti mereka
berlari, Farel dan Fatha pun ikut. Hey, Fatha mau lepas dari pangkuan ibunya
lho ! senangnyaaaaa .
Disanalah ke-gaje-an
yang seru banget karena saat itulah aku bisa lebih dekat dengan mereka. Lalu,
berlarianlah aku bersama keempat adik TeKa. Tak lama, aku melihat ka Abdul pun
berlarian dengan adik ! Horeeee....ternyata ini hal yang lumrah dan aku tidak
akan menjadi tersangka tentunya. Haha.
Beberapa menit kemudian istirahat. Semua adik makan
bekalnya masing-masing. Hebatnya Navira. Gadis imut yang ku perkirakan usianya
4-4,5 tahun itu makan sendiri ! Duhai, orangtuanya pasti sangat bangga. Ah iya,
waktu istirahat hanya 15 menit, tentu saja Navira berwajah kesal karena tidak
sempat bermain bahkan makan pun tak habis. Selanjutnya, ka Ipit sudah
berkoar-koar dengan toa-nya mengumumkan bahwa saatnya membuat kompos.
Kelompok Abdul Malik berada pada kloter ketiga.
Adik-adik tak sabaran untuk mendapatkan plastik sarung tangan dari ka Uni.
Lantas, aku bersama Navira dan Fatha bergerilya mencari daun. Mereka teramat
bersemangat hingga berlarian. Taraaaaa. Akhirnya terkumpullah daun-daun di
plastik hitam yang dipegang ka Tata. Adik-adik pun berkumpul. Zahran, Farel,
Navira, Fatha, Mahira dan entah siapa lagi namanya. Hoho. Lalu kita menghancurkan
daun tersebut hingga bisa digunakan kompos. Hebatnya, Zahran dan Farel melepas
sarung tangan mereka, pun Navira. Meski dengan sedikit kericuhan tetapi pada
akhirnya, selesai juga. Dan kami pupuklah dua pohon yang berada di ujung
lapangan rumput.
Hey, sudah selesai ternyata. Waktunya circle time
pulang. Ah rasanya terlalu singkat. Tetapi amat berkesan. Dan lucunya, diakhir
ketika adik-adik bersalaman dengan kakak kelompoknya, ka Nabil meminta dicium
pipi kepada Navira, namun Navira menolak. Ketika bersalaman denganku, ia
tiba-tiba memasang wajah cemberut dan tidak bersemangat pulang seperti yang
lain. Ia malah duduk dipangkuanku. Ketika ayahnya memanggil, dia berjalan
lunglai ke arahnya dengan malas. Kemudian ayahnya bertanya kenapa, dan aku
terkejut sekaligus tersenyum simpul ketika ia menjawab “Gamau cium pipi..” haha. Ka Nabiiiillll tersangkaaa hihi. Ah
lucunya ~
Baiklah, saatnya mentoring club. Aku meminta kepada
ka Sisit untuk ditempatkan di Pencil. Tetapi setelah dicari-cari Pencil entah
dimana. Lantas ka Sisit menempatkanku di MuMed. Huwaaaaaa... aku kan ga bisa. Aaarggh diriku deg-degan. Aku
duduk bersama Nabila dan aku berusaha mengikuti instruksi dari ka Adik untuk
membuat lilin yang bisa ditiup katanya. Sebenarnya tidak begitu sulit, namun
karena tidak terbiasa, rasanya kaku. Dan Nabila terus saja memanggil ka Azifa
ketika ada yang tidak ia mengerti. Haaaa aku dianggap apa. Hik hik. Tetapi
akhirnya aku melebur dalam perbincangan bersama Nabila dan Kalila. Akupun mulai
mengerti instruksi ka Adik sehingga bisa membantu Nabila tanpa
memanggil-manggil ka Azifa. Dan Nabila teramat senang ketika berhasil membuat
lilin yang bisa ditiup dan bola yang masuk kedalam ring. Horeeee.
Akhirnya mentoring pun selesai. Setelah shalat
dzuhur saatnya evaluasi. Inilah yang membingungkan karena banyak yang
mengatakan “gapapa sih ga ikut juga”
dan statusku yang masih Larva. Jadi ?? Oke baiklah, aku ikut saja. Lagian aneh
rasanya jika hanya ikut mentoring gitu aja.
Disinilah ukhuwah dengan kakak PAS itu amat terasa.
Hangat. Ramah. Meski tidak semua kakak PAS se-welcome itu. Celetukan-celetukan lucu tapi berisi, menambah
kehangatan dan meleburkan ke-kaku-an diriku. Selain itu, gara-gara Ka Dwi
sering dan teramat sering mengatakan aku mirip dengan ka Okky, aku pun jadi
bahan bully-an kakak lain. Sebenarnya
tidak masalah sih jika dibilang mirip karena ka Okky pun nampaknya tidak
masalah. Tetapi masa memanggilku dengan sebutan ka Okky juga ?? Uuugghh ka
Dwiiiiiiiiii >_<
Terlepas dari semua ceritaku, kini mulai jelaslah
pemahamanku mengenai PAS yang sesungguhnya. Hoho. Aku jatuh cinta, sungguh.
Karena disini aku belajar banyak hal dan ghiroh
tholabul ‘ilmi amat terasa menggelora. Terimakasih Allah, telah
menakdirkanku untuk merantau di kota ini dan menakdirkanku untuk mengenal
mereka. Sungguh aku bersyukur, karena tidak semua orang bisa merasakan
kebahagiaan seperti ini. Bahkan masih ada saja yang stagnan, tidak membuka mata
terhadap perubahan zaman, sibuk terhadap urusan perut dan wajah, berpikir kolot
serta mengacuhkan dunia pendidikan. Aku merasa sangat rendah dan fakir akan
ilmu. Aku ingin belajar belajar belajar lagi dan lagi. Terus menerus. Dari
manapun, dari siapapun. Lantas menyebarkan semangat ini kepada saudara-saudara
yang lain. Duhai, tetapkan aku di jalan-Mu, Allah. Dan terimakasih Mamah, Bapak
telah mengizinkanku untuk merantau pun senantiasa mendukungku baik dengan doa
maupun materi.