Rabu, 29 April 2015

Ketika di Tikar...

Circle time berakhir. Inilah moment luar biasa adik dan kakak, "group time".
Sebelum circle time berlangsung, kakak dan adik telah menyiapkan tikar untuk "group time" mereka. Lantas setelah circle time berakhir, tikar tersebut digelar dan duduklah adik dan kakak diatas tikar. Ada yang sempurna melingkar, ada yang persegi dan kebanyakan sih tak beraturan.
Di atas tikar inilah, group time berlangsung. Diawali dengan BBAQ dan.. hayo apa?

Hampir dua semester membina kelompok TeKa, saat-saat ini masih sering membingungkan. Oke, begini ceritanya ketika aku bersama partner kelompokku di tikar bersama adk-adik.

1. Saling bertanya kabar, ngobrol ringan sebagai pendahuluan. Biasanya waktu ini sangat menentukan mood adik.

2. BBAQ. Bagaimanapun caranya, ini waktunya BBAQ. Terlepas dari media dan metode apapun yang digunakan. Apakah dengan mengaji satu persatu, menggambar lalu diselingi dengan gambar huruf hijaiyah, dan sebagainya. Bagiku, ini sangat fleksibel disesuaikan dengan kondisi adik saat itu. Jika adiknya sedang mau mengaji, ya ikuti keinginannya. Jika adiknya sedang ingin bermain, carilah permainan yang bisa menyelipkan pelajaran BBAQ didalamnya.

3. Hafalan surat. Ketika semester 61, aku tidak begitu menekankan hal ini karena adik-adik kelompokku masih kecil dan pecah perhatiannya karena mereka sangat aktif (terutama adik putra). Akan tetapi, setelah kunjungan ke salah satu adik kelompokku, ternyata ia sangatlah bagus hafalan suratnya. Tentu hal seperti ini tidak boleh dibiarkan, harus di stimulus secara terus menerus. Alhamdulillah, ternyata partner kelompokku di semester 61 itu jauuh lebih memperhatikan akan penyampaian materi kepada adik, termasuk hafalan surat bahkan sebelum kunjungan ke adik kelompokku itu (kalau tidak salah ingat).
Di semester 62, adik kelompokku berusia 5-6 tahun. Bacaan iqra dan hafalan suratnya cukup baik dan sangat perlu distimulus terus menerus. Maka, aku dan partner kelompokku rutin mengajak mereka untuk membaca surat-surat pendek. Tidak semua mau mengikuti, tetapi aku yakin lantunan surat tersebut akan diproses didalam memori mereka.

3. BBAQ dan hafalan surat tidak berlangsung lama biasanya, mentoring kolosal pun belum dimulai. Inilah waktu "bebas"nya kelompok yang terkadang membingungkan bagiku. Ya, di waktu ini ada yang memilih berlarian di lapangan rumput, jalan-jalan disekitar Salman, dan bercerita. Semuanya juga sangat bermanfaat lho!
 - Berlarian di lapangan rumput -> akan melatih perkembangan motorik adik. Tidak semua adik lincah dalam berlari kan? Berlarian juga dapat melatih keterampilan berinteraksi sosial, karena yang namanya permainan akan melibatkan lebih dari satu orang. Permainan pun melatih perkembangan kognitif anak. Kata dosenku, perkembangan kognitif anak itu berkembang melalui bermain, karena bermain akan menstimulus kreativitas anak, imajinasi anak, dsb. Satu lagi, melatih ke-pede-an dan kemandirian anak, karena adik yang pemalu atau masih nempel sama orangtuanya akan susah di ajak bermain.

- Jalan-jalan di sekitar Salman -> wuih kalo ini akan memperkaya pengalaman adik, sangat! Ketika jalan-jalan, adik akan melihat banyak hal dan tentu saja sebagai kakak, kita harus mendukungnya dengan berbagai penjelasan. Melihat pohon, buah sukun, bunga, kucing, keong, orang-orang yang berlalu lalang, dsb. Biasanya, adik banyak belajar juga disini. Seperti minggu kemarin, ketika melihat tempat sampah yang ditempeli tulisan "sampah organik" dan "sampah anorganik". Ternyata, adik kelompokku belum tau bedanya. Setelah dijelaskan, mereka melihat isi tong sampah dan bengong "Kak, kenapa tempat sampah bekas makanan isinya plastik?" :3

- Bercerita/mendongeng. Aduhai ini yang paling membingungkanku tetapi aku tau ini sangat penting, karena disini kita sedang membina generasi rabbi radhiya (aamiin). Aku tau, banyak cerita baik itu dongeng, cerita anak, maupun kisah Nabi yang sangat pantas untuk disampaikan kepada mereka. Tetapi keterbatasan pengetahuan dan keterampilan bercerita didepan adik pun menjadi hambatannya. Pernah suatu ketika aku bercerita tentang kisah Nabi, mereka malah acuh karena memang menurutku juga caraku menyampaikannya tidak begitu menarik. Akhir-akhir ini, meskipun tidak dengan mendongeng secara utuh, aku tetap berusaha menyampaikan kisah. Seperti ketika melihat semut, aku bercerita tentang kehebatan Nabi Sulaiman. Ketika mereka jatuh (sakit) aku bercerita tentang kesabaran luar biasa Nabi Ayyub.

Ya, disini aku banyak belajar. Aku tidak se-expert kakak-kakak yang lain. Aku sering kikuk, tetapi inilah belajar. Aku banyak belajar dari mereka, adik-adik, kakak-kakak dan orangtua.

Alhamdulillah..

Ketika di tikar... itulah waktu emasku dan partner kelompokku bersama adik-adik. Manfaatkan dengan sebaik mungkin. Belajar....