Hening.
Aktifitas sudah terhenti. Orang-orang telah tenang dengan dunia mimpinya, membaringkan
badan dibalik selimut tebal, membiarkan otak merefresh kembali dari segala
problematika hari ini. Ya, tenang sekali
orang yang bisa beristirahat seperti itu. Terkecuali aku yang masih saja
berkutat dengan duniaku. Perkuliahan, tugas, belajar ? Untuk malam ini, tidak,
sama sekali.
Melainkan
tentang hati dan perasaan. “Hal” yang selama satu bulan terkahir ini berusaha
aku sangkal, aku singkirkan, dan aku jadikan antrean nomor sekian dari
prioritas pemikiranku. Dan kini “hal” tersebut muncul seakan memintaku untuk
menjadikannya prioritas pemikiranku. Tidaaak. Aku tidak ingin sibuk bergelut dengan
hal yang hanya menelantarkanku pada pengharapan tanpa kepastian. Terus menerus
menyangkal suatu hal yang sebenarnya bersemayam dalam hati pun itu tak mungkin.
Hmm, memejamkan mata sejenak, kuhirup nafas perlahan, dan coba ku tata hati
dengan setenang mungkin.
Cinta,
sayang, rindu, apalah itu namanya aku tak pedulikan itu. Aku hanya
mendeskripsikan apa yang dirasakan saat ini. Mengingatnya, setiap hal yang
dilalui dengannya, seperti pemutaran film dokumentasi yang tanpa sedetikpun
terlewat dan tanpa sejengkal pun tempat yang terlupakan. Mengkhawatirkannya,
aktifitas, kesehatan, yang mengakibatkan rasa ingin selalu mendampingi itu
muncul dengan sangat kuat. Memperhatikannya, dari celah manapun yang bisa
memberikan informasi tentangnya, informasi sekecil apapun. Bahkan jika ia
berkomunikasi sesederhana apapun selalu kuanggap penting. Terlebih jika ada
keterkaitannya dengan perempuan, oh Tuhan, rasa tidak rela dan takut kehilangan
itu selalu saja muncul.
Lalu
apakah harapan untuk hidup bersama dalam jalinan suci itu masih ada ? Ya,
selalu ada. Bahkan ketika aku tidak mengetahui secara pasti apakah dia masih
memiliki planning serius denganku atau tidak, harapan itu tetap saja ada,
lengkap dengan rasa yakin bahwa ia hanya menyayangiku. Parah kan ? apakah ini
pembelaan secara sepihak saja dari perasaan yang menggelora ? Aku pun tidak
tahu.
Sampai
saat ini, ditengah ketidaktahuanku, aku tetap berusaha menguburnya sendiri,
membiarkan ia mengalir maupun tumbuh dengan sendirinya. Aku menunggu waktu yang
tepat dari-Nya, dan tidak akan kusia-siakan penantian ini. Aku tetap berlari
mengejar impian sesungguhnya, mengupgrade diri dan tetap dekat dengan-Nya.
Meneguhkan hati, bahwa Allah Maha Mengetahui yang terbaik. Maka, tetaplah di
jalan-Nya. JJ