Kamis, 12 September 2013

Kehidupan yang Sesungguhnya


Hawa dingin Bumi Siliwangi menyelusup ke dalam rongga ruangan kamarku yang tidak terlalu besar.  Memang, jendela kubiarkan terbuka. Sayup-sayup terdengar irama musik Korea yang sedang trend dikalangan muda saat ini, juga irama musik pop indonesia yang naik daun sekitar tahun 2007, berasal dari tetangga kamarku. Diluar, mengalun irama gitar yang dipetik sembarang oleh sang penikmat malam di pinggiran jalan. Pasangan muda hilir mudik bergandengan tangan, para pedagang makanan masih bersemangat menjajakan jualannya. Aku tidak ingin kehilangan moment "sederhana" ini -membuka jendela kamar, menghirup udara segar, menatap genteng-genteng bersisian dan aktifitas orang-orang sekitar –pagi dan malam.
Tempat inilah yang selama 4 tahun kedepan akan menjadi tempat yang ku jelajahi segala ilmu dan kehidupan di dalamnya. Tempat yang akan mendewasakanku, inilah saatnya.
Fase ini adalah fase kemerdekaan. Dimana aku bebas untuk melangkah. Ke kanan kah, aku sendiri yang akan mendapatkan akibatnya, pun jika melangkah ke kiri, aku sendiri yang akan mendapatkan akibatnya.
Namun ini adalah kesempatan emas dari Tuhan lengkap dengan ridho orangtua. Maka tidaklah indah jika dalam kesempatan emas, aku tidak bisa mempersembahkan emas untuk Tuhan ku dan juga kedua orangtuaku. Ya, aku harus cerdas berfikir, cerdas bertindak, cerdas mengambil langkah, kanan atau kiri ?
Ku tutup jendela, mengucapkan selamat tinggal pada angin yang berhembus diluar sana, kembali kuraih laptopku dan mulai menumpahkan isi hati dan fikiran ku lewat tulisan. Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar