Sore sekali aku menyusuri jalan Gegerkalong ke arah barat,
menuju kamar kontrakanku. Keindahan pemandangan didepan sana membelakakkan
mataku yang letih kuajak beraktivitas seharian ini plus terkena debu jalanan. Matahari yang hendak terbenam dibentengi
awan besar sehingga semburat cahayanya memancar disetiap sisi awan menghasilkan
kombinasi warna jingga dan keunguan, kombinasi yang amat menawan.
Seperti biasa, kuhabiskan weekend
dengan beraktivitas disana, PAS-ITB. Hal itu sudah menjadi komitmen diri –disamping
komitmen struktural di PAS-ITB-. Tentu saja, karena itu merupakan konsekuensi
keberadaanku disana. Ketika aku melakukan aktivasi kepada pihak MPA, otomatis
hal tersebut menandakan bahwa aku harus mengikuti kegiatan disana. Hari sabtu
dan ahad merupakan salah satu kegiatan wajib; konsolidasi, mempersiapkan media
untuk mentoring ahad, mentoring kakak, dan mentoring ahad serta diakhiri
evaluasi. Tidak pantas rasanya jika aku mengaku kakak pembina aktif PAS-ITB,
tapi absen dalam kegiatan wajib tersebut, terkecuali jika memang ada agenda
lain yang tidak bisa ditinggalkan sama sekali.
Sore itu juga, betapa terasa ringannya hati ini setelah
beraktivitas disana. Bahagia, tertawa bersama anak-anak kecil nan lucu dengan
segala kepolosannya, tanpa noda. Bahagia. Memetik banyak pelajaran berharga, ilmu
agama, teaching, parenting,
kreatifitas, organisasi dan masih banyak lagi. Tentu saja, karena belajar tak
mesti di bangku formal, tak mesti di usia sekolah. Belajar dimanapun, dari
siapapun dan kapanpun. Belajar dari kehidupan. Entahlah, jika membahas rasa
ini, sulit dideskripsikan. Deskripsi yang sudah saya tulis pun rasanya belum
mewakili.
Tiba di kamar kontrakan, barulah lelah ini terasa. Selepas
membersihkan diri dan sholat maghrib, langsung kurebahkan diri sembari
membayang apa yang harus kulakukan malam ini. Selepas sholat isya, tak mampu
lagi menahan kantuk, aku tertidur. Masa
bodo dengan tugas yang belum kukerjakan. “Masih ada dini hari”, pikirku.
Berkat kasih sayang Allah, aku masih bisa menjalani hari; bangun
pagi, menghadapi tugas, sholat, merapikan kamar, menyiapkan sarapan, berangkat
kuliah. Alhamdulillah. Kuliah senin ini dimulai pukul 07.00 dan semangatku
–yang sempat hilang- kini membara. Badanku terasa ringan sekali menjalani
aktivitas perkuliahan.
Selain untuk sholat dzuhur, waktu istirahat kumanfaatkan untuk
makan siang bersama salah seorang teman, Kak Safa, kakak pembina PAS-ITB satu
semester denganku, pun satu jurusan dan satu kelas. Setelah memesan makan,
akupun duduk santai sambil memperhatikan sekitar. Hmm telingaku seperti
menangkap suara serta gaya bicara yang kukenal lantas kulirik orang yang duduk di
bangku sebelahku. Hey! Itu Kak Anna! Kakak pembina PAS-ITB semester 56.
Perbincangan seru pun tak terelakkan dan nampaknya cukup menggemparkan kantin.
Perbincangan tak berlangsung lama karena masih ada agenda lain.
Baru saja kami memasuki gedung fakultas, Kak Sisit, kakak
pembina PAS-ITB semester 58 menyapa kami. Tentu lebih sering berjumpa dengan
beliau dikarenakan jurusan yang sama. Kami pun tak berbincang lama, karena aku
harus bersegera menuju mushola.
Ditengah perjalanan menuju mushola, kulihat wajah yang amat
kukenali, Kak Putri dan Kak Asna, kakak pembina PAS-ITB dengan semester yang
sama denganku, semester 61. Lagi-lagi perbincangan tak berlangsung lama. Baru
saja melangkah sejauh satu meter, kami melihat wajah yang kami kenali, Kak
Degha! Ketika menghampiri Kak Degha, ternyata ada Kak Adis dan Kak Zakiah juga!
Memang, mereka bukanlah kakak pembina PAS-ITB, tetapi mereka merupakan wali adik
pada acara besar PAS-ITB liburan akhir semester lalu. Dikarenakan intensitas
bertemu dengan mereka tak sesering dengan kakak PAS-ITB, kami pun berbincang
dengan antusiasnya, meskipun hanya sekitar 5 menit. Ketika asyik berbincang,
seseorang memanggil mereka, hmm sepertinya kenal. Ah, tentu saja! Kak Yulia,
kakak pembina PAS-ITB semester 59. Memang mereka dari jurusan yang sama. Namun
tak lama, kami berpamitan untuk segera ke mushola, akhirnya berpisahlah.
Setibanya di mushola, kami segera menuju toilet untuk
berwudhu. Kamipun mengantri dan aku masuk lebih dulu, bergantian. Ketika
menunggu Kak Safa, aku melirik ke sebelah kanan, ke tempat bercermin. Perempuan
berjilbab merah itu.......... Sepertinya aku kenal. Kuperhatikan, dan hey Kak
Janu! Beliau merupakan kakak pembina PAS-ITB dengan semester yang sama pula,
semester 61. Perbincangan pun berlangsung meskipun tak cukup lama –karena itu d
toilet juga-, tetapi seperti yang lainnya, tetap antusias.
Perkuliahan berakhir pukul 14.40. Akupun bersegera pulang. Baru
saja keluar gedung fakultas, berjumpa lagi dengan salah satu kakak pembina
PAS-ITB, Kak Dila dari semester 61 yang sedang mencari dosennya, lantas kamipun
bertegur sapa. Subhanallah...
Pembina PAS-ITB memang berasal dari berbagai kampus yang ada
di Bandung, namun demikian yang berasal dari kampusku -UPI Bandung- amat
banyak, maka tidak heran jika di kampus seringkali berjumpa dengan kakak
PAS-ITB di sudut manapun.
Ah, kamu! Iya, kamu! Dikarenakan kamu, mengenalkan aku dengan
banyak orang hebat, menjembatani persaudaraan kami. Kamu, kukira hanya di weekend membersamaiku, ah bahkan kamu
‘ada’ kala aku berada di kampus. Kamu mengalihkan duniaku. *eaaaa