Senin, 22 September 2014

Kau Mengalihkan Duniaku

Sore sekali aku menyusuri jalan Gegerkalong ke arah barat, menuju kamar kontrakanku. Keindahan pemandangan didepan sana membelakakkan mataku yang letih kuajak beraktivitas seharian ini plus terkena debu jalanan. Matahari yang hendak terbenam dibentengi awan besar sehingga semburat cahayanya memancar disetiap sisi awan menghasilkan kombinasi warna jingga dan keunguan, kombinasi yang amat menawan.
Seperti biasa, kuhabiskan weekend dengan beraktivitas disana, PAS-ITB. Hal itu sudah menjadi komitmen diri –disamping komitmen struktural di PAS-ITB-. Tentu saja, karena itu merupakan konsekuensi keberadaanku disana. Ketika aku melakukan aktivasi kepada pihak MPA, otomatis hal tersebut menandakan bahwa aku harus mengikuti kegiatan disana. Hari sabtu dan ahad merupakan salah satu kegiatan wajib; konsolidasi, mempersiapkan media untuk mentoring ahad, mentoring kakak, dan mentoring ahad serta diakhiri evaluasi. Tidak pantas rasanya jika aku mengaku kakak pembina aktif PAS-ITB, tapi absen dalam kegiatan wajib tersebut, terkecuali jika memang ada agenda lain yang tidak bisa ditinggalkan sama sekali.
Sore itu juga, betapa terasa ringannya hati ini setelah beraktivitas disana. Bahagia, tertawa bersama anak-anak kecil nan lucu dengan segala kepolosannya, tanpa noda. Bahagia. Memetik banyak pelajaran berharga, ilmu agama, teaching, parenting, kreatifitas, organisasi dan masih banyak lagi. Tentu saja, karena belajar tak mesti di bangku formal, tak mesti di usia sekolah. Belajar dimanapun, dari siapapun dan kapanpun. Belajar dari kehidupan. Entahlah, jika membahas rasa ini, sulit dideskripsikan. Deskripsi yang sudah saya tulis pun rasanya belum mewakili.
Tiba di kamar kontrakan, barulah lelah ini terasa. Selepas membersihkan diri dan sholat maghrib, langsung kurebahkan diri sembari membayang apa yang harus kulakukan malam ini. Selepas sholat isya, tak mampu lagi menahan kantuk, aku tertidur. Masa bodo dengan tugas yang belum kukerjakan. “Masih ada dini hari”, pikirku.
Berkat kasih sayang Allah, aku masih bisa menjalani hari; bangun pagi, menghadapi tugas, sholat, merapikan kamar, menyiapkan sarapan, berangkat kuliah. Alhamdulillah. Kuliah senin ini dimulai pukul 07.00 dan semangatku –yang sempat hilang- kini membara. Badanku terasa ringan sekali menjalani aktivitas perkuliahan.
Selain untuk sholat dzuhur, waktu istirahat kumanfaatkan untuk makan siang bersama salah seorang teman, Kak Safa, kakak pembina PAS-ITB satu semester denganku, pun satu jurusan dan satu kelas. Setelah memesan makan, akupun duduk santai sambil memperhatikan sekitar. Hmm telingaku seperti menangkap suara serta gaya bicara yang kukenal lantas kulirik orang yang duduk di bangku sebelahku. Hey! Itu Kak Anna! Kakak pembina PAS-ITB semester 56. Perbincangan seru pun tak terelakkan dan nampaknya cukup menggemparkan kantin. Perbincangan tak berlangsung lama karena masih ada agenda lain.
Baru saja kami memasuki gedung fakultas, Kak Sisit, kakak pembina PAS-ITB semester 58 menyapa kami. Tentu lebih sering berjumpa dengan beliau dikarenakan jurusan yang sama. Kami pun tak berbincang lama, karena aku harus bersegera menuju mushola.
Ditengah perjalanan menuju mushola, kulihat wajah yang amat kukenali, Kak Putri dan Kak Asna, kakak pembina PAS-ITB dengan semester yang sama denganku, semester 61. Lagi-lagi perbincangan tak berlangsung lama. Baru saja melangkah sejauh satu meter, kami melihat wajah yang kami kenali, Kak Degha! Ketika menghampiri Kak Degha, ternyata ada Kak Adis dan Kak Zakiah juga! Memang, mereka bukanlah kakak pembina PAS-ITB, tetapi mereka merupakan wali adik pada acara besar PAS-ITB liburan akhir semester lalu. Dikarenakan intensitas bertemu dengan mereka tak sesering dengan kakak PAS-ITB, kami pun berbincang dengan antusiasnya, meskipun hanya sekitar 5 menit. Ketika asyik berbincang, seseorang memanggil mereka, hmm sepertinya kenal. Ah, tentu saja! Kak Yulia, kakak pembina PAS-ITB semester 59. Memang mereka dari jurusan yang sama. Namun tak lama, kami berpamitan untuk segera ke mushola, akhirnya berpisahlah.
Setibanya di mushola, kami segera menuju toilet untuk berwudhu. Kamipun mengantri dan aku masuk lebih dulu, bergantian. Ketika menunggu Kak Safa, aku melirik ke sebelah kanan, ke tempat bercermin. Perempuan berjilbab merah itu.......... Sepertinya aku kenal. Kuperhatikan, dan hey Kak Janu! Beliau merupakan kakak pembina PAS-ITB dengan semester yang sama pula, semester 61. Perbincangan pun berlangsung meskipun tak cukup lama –karena itu d toilet juga-, tetapi seperti yang lainnya, tetap antusias.
Perkuliahan berakhir pukul 14.40. Akupun bersegera pulang. Baru saja keluar gedung fakultas, berjumpa lagi dengan salah satu kakak pembina PAS-ITB, Kak Dila dari semester 61 yang sedang mencari dosennya, lantas kamipun bertegur sapa. Subhanallah...
Pembina PAS-ITB memang berasal dari berbagai kampus yang ada di Bandung, namun demikian yang berasal dari kampusku -UPI Bandung- amat banyak, maka tidak heran jika di kampus seringkali berjumpa dengan kakak PAS-ITB di sudut manapun.

Ah, kamu! Iya, kamu! Dikarenakan kamu, mengenalkan aku dengan banyak orang hebat, menjembatani persaudaraan kami. Kamu, kukira hanya di weekend membersamaiku, ah bahkan kamu ‘ada’ kala aku berada di kampus. Kamu mengalihkan duniaku. *eaaaa

2 komentar:

  1. eaaa..akhirnya mengalami juga..
    di gerlong itu tiap meternya emang ada kakak PAS lho klo kakak kenal yg jadul2 juga..hehe
    klo lagi jalan sm temen non-PAS dikira orang terkenal, karena disapain melulu..haha padahal sih kakak PAS ;)

    BalasHapus
  2. iyaa kadang ada yg cuma kenal wajahnya, jadi ga berani nyapa..
    ada juga yang pada pake jaket PAS, tp ga kenal..hehehe

    BalasHapus