Bandung. Kota sejuta angkot. Tak usah khawatir jika
tersesat, karena di kota ini angkot ada dimana-mana. Setahun merantau di kota
Bandung, aku sudah terbiasa dengan ribuan angkot puluhan jurusan, sudah
terbiasa naik turun angkot mencari alamat. Sebenarnya mudah saja untuk
menemukan alamat dan akan menyusurinya menggunakan angkot. Kita hanya perlu
tiga hal:
1.
GPS
2.
Koneksi untuk
melihat rute angkot Bandung.
3.
Keberanian.
Tentu saja, hal ketiga yang paling utama.
Sore itu, polusi kendaraan serta aroma sampah
lengkap menemaniku menuju angkot di seberang jalan Ganesha, angkot jurusan
Cicaheum-Ledeng arah menuju Ledeng. Sesak didalam angkot? Sudah biasa. Kulirik penumpang
disebelahku, terpaku pada gadget masing-masing, sibuk dan serius sekali. Tidak
jauh berbeda denganku yang terpaku pada buku yang kubaca, malas sekali rasanya
berinteraksi dengan yang lain. Sampai akhirnya...
Hey! Ada sepasang suami istri paruh baya dengan
pakaian sederhana dan barang bawaan yang sedemikian banyaknya. Menarik sekali
karena dengan kondisi mereka yang demikian serta diantara wajah-wajah yang
masam dan tak peduli, mereka berbicara dengan santai dan senyum mereka, aduhai
tulus sekali, penuh cinta. Bahagia. Akupun menyimpan kembali buku-ku dan
berusaha memperhatikan sekitar dengan sesekali melempar senyuman.
Memang, bahagia itu sederhana.
Seperti hariku disana. Bahagia menatap wajah anak-anak
kecil yang lucu nan polos. Menatap mereka yang asik berlarian kesana kemari,
tanpa beban. Membiarkan tangan ini digenggamnya, memberikan rasa aman,
mengantarnya berlari kesana kemari. Membiarkan ia terduduk dipangkuanku,
bermanja-manja lantas bercerita. Sungguh lucu. Senyuman, tangisan maupun ngambek-nya. Bahagia.
Memang, bahagia itu sederhana.
Hmm nyatanya “bahagia” tidak mesti ditafsirkan pada
kondisi nyaman yang didasarkan pada kenyamanan finansial. Bahagia itu dekat,
bahagia itu bisa kita manage. Bahagia itu kelapangan hati tatkala berusaha
menyingkirkan berbagai penyakit hati; iri, benci, ambisi akan duniawi yang pada
akhirnya hanya melahirkan kegelisahan.
Allah. Ketika ada Dia, sungguh bahagia semakin
nyata. Allah, tak bisa dispelekan. Allah, ampuni aku ketika kala itu, diri ini
tak mendekatimu.
Bahagia itu sederhana. Sesederhana berbagi senyuman tulus kepada orang lain, kepada binatang bahkan kepada masalah yang kita hadapi. Sesederhana menumpangi
angkot. Menatap berbagai warna kehidupan, mendengar berbagai irama kehidupan, lantas bersyukur kepada-Nya. Bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar