Rabu, 09 November 2011

My Experience in Blue Campus

Jangan kembali pulangSebelum kita menang
Walau mayat terkapar dimedan juang
Itulah mujahid berjuang.......

        Pada hakikatnya, seorang santri pun dapat dikatakan seorang mujahid yang berjuang melawan bahaya ketidaktahuan.... santri merupakan pejuang Islam, harapan agama. Bagaimana tidak. Di tengah krisis pemikiran dan maraknya perang pemikiran atau ghazul fikr, santri lah yang sehari-harinya di fokuskan untuk melanjutkan dakwah Islam.
        Santri memang sangat istimewa. Di samping kewajiban memenuhi ilmu umum di sekolah, waktu mereka pun di penuhi dengan memenuhi ilmu agama. Dengan jadwal kegiatan sehari-hari yang sudah sangat terjadwal, mereka hidup mandiri, jauh dari kerabat.
        Aku rasa tidaklah berlebihan jika aku menyebut santri sebagai makhluk luar biasa. Banyak nilai keistimewaan yang tidak akan ditemukan dalam sistem pendidikan umum. Mulai dari nilai kebersamaan, sosial, maupun kemandirian yang bisa menciptakan kedewasaan.
        Aku berani mengatakan hal seperti itu karena aku pun mengalaminya di Kampus Biru tercinta, Pondok Pesantren Darussalam Ciamis.
        Disinilah aku menemukan duniaku. Disini aku menyadari arti hidup yang lebih indah. Kebersamaan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya. Aku merasa disinilah mental kedewasaanku di tantang, inilah MEDAN PERANG yang sesungguhnya bagi ku..
        Kesan ku, aku menemukan orang-orang yang ku pandang hebat. Dari mulai pimpinan pondok, ustadz dan ustadzah, hingga kawan sesama santri. Aku bersosialisasi dengan orang-orang yang hidupnya begitu berwarna. Aku merasa bebas mengenalkan diriku pada dunia. Aku merasa benar-benar bebas menjadi diriku.. sahabat-sahabatku menerima bagaimanapun pribadiku.
        Karena di Kampus Biru ini terdapat banyak orang hebat, aku pun menjadi iri, ingin menjadi orang yang kehadirannya bermanfaat bagi orang lain. Aku mulai keras pada diriku, hampir idealis. Hingga aku rajin membaca buku untuk memperbanyak referensi, karena takut jika suatu saat aku dikalahkan oleh rekan-rekanku.
        Namun idealisme ku tidaklah bertahan lama, karena aku mulai menyadari bahwa aku tidak bisa menjadi orang lain. Aku selalu berusaha untuk menjadi diriku sendiri yang lebih hebat.
        Kampus biru yang mengenalkanku terhadap luasnya Ilmu Keislaman. Kampus biru pula yang mengenalkanku terhadap dunia jurnalis yang kini ku minati. Kampus biru yang menyadarkanku akan arti penting 5S ( salam, sapa, senyum, sopan, santun ).
        Tentu saja semua itu tidak lepas dari peranan seseorang yang telah mendobrak pola fikirku. Dialah yang membuatku ingin mengenal dunia yang sesungguhnya dari berbagai sudut. Dia menyayangiku dengan cara yang berbeda hingga hasilnya pun ajaib!!!
        Hmmmm.... kampus biru.... telah memompa semangat keislamanku.... telah membantu meluruskan pandangan ku terhadap Islam....
        I LOVE KAMPUS BIRU...
        Ranah indah nyiur melambai....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar