Minggu, 16 Maret 2014

Senandung Rindu



Angin terus saja mengintipku lembut
Terkadang keras
Ah, tak lama hujan pun turut menegurku yang terpaku
Seakan mereka bersekutu
Untuk melepaskanku dari buaian keharuan
Yang terbungkus rapi bertuliskan “Rindu”

Ya, aku terperangkap
Dalam buaian lembut keharuan
Bermuasal dari padang bernama “Cinta”
Padat berisi sejuta kenangan
Hangat oleh airmata syukur
Terbungkus rapi bertuliskan “Rindu”

Ibu, Ayah
Bukan aku manja hingga terbuai dalam keharuan
Bukan aku cengeng hingga dihanyutkan oleh airmata
Bukan aku tak senang Yah, Bu.
Bahkan ucap syukurku tak pernah lepas dikirimkan pada Yang Maha Pengasih

Ibu, Ayah
Terimakasih atas paket kasih sayangmu
Terimakasih atas bingkisan do’amu
Terimakasih... Terimakasih
Atas banyak hal yang tak mampu kusebutkan lagi

Aku akan kembali dengan membawakan kalian bingkisan sederhana
Berisikan sesuatu yang berhasil ku petik di ladang ilmu
Tanda terimakasihku
Meski takkan mampu mengganti bingkisan-bingkisanmu selama ini
Namun inilah dayaku, Yah, Bu.

Do’akan aku agar senantiasa kuat
Menghadapi dunia “yang sesungguhnya”
Yang tak selembut dekapanmu
Ah, aku rindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar