Selasa, 14 Oktober 2014

Selalu Ada Hikmahnya


Selalu ada hikmahnya, seperti beberapa hari terakhir di jalan depan kosan yang sedang diperbaiki. jalan ditutup, kendaraan bermotor tidak bisa lewat. alhasil telinga ini terbebas dari suara bising kendaraan.

Upsss bukan itu saja hikmahnya, ada yang lebih spesial. Dari sore hingga malam hari -jika cuaca sedang berpihak, anak-anak asik bermain sepeda, ada yang sudah mahir hingga bisa berkejaran, pun ada yang baru belajar dibantu oleh orangtuanya. Adapula yang tidak memiliki sepeda, bergantian temannya meminjamkan, atau jika tak ada yang meminjamkan pun mereka tak hilang keceriaan. Mereka berlarian mengejar temannya yang bersepeda, tertawa bahagia. Ibu-ibu yang baru saja menyelesaikan pekerjaan rumahnya, bapak-bapak yang baru selesai bekerja, berkumpul di jalanan tersebut, sekedar 'nongkrong', bertegur sapa membicarakan hal-hal ringan sembari mengawasi anak mereka. Aduhai..

Entahlah aku yang selama ini kurang memperhatikan lingkungan atau memang sungguhan, aku jarang sekali melihat pemandangan seperti ini. Apa yang kulihat lebih banyak kesibukan dirumah masing-masing ketimbang interaksi dengan tetangga.

Terkadang pikiran konyol mendera, "andai jalanan selalu se-sepi ini, andai jalanan ini selalu ditutup, lantas anak-anak mendapat tempat bermain baru, orang-orang berjalan kaki saling bertegur sapa." Hmm tapi itu konyol. Ini Kota Bandung, orang-orang berdesakkan tinggal di ibukota Jawa Barat ini. Ini bukan Rancah, kampungku yang masih sepi, sejuk, jauh dari hiruk pikuk kota. Anak-anak bermain di 'halaman rumah tanpa pagar', sawah, lapangan bahkan kebun dan hutan. Ibu-ibu mengobrol santai di sore hari bersama tetangga, saling berkirim makanan, saling membantu. Bapak-bapak sibuk bekerja tanpa melupakan kesejahteraan kampungnya; memperbaiki jalan, membantu pembangunan rumah, mesjid, dsb.

Sudahlah. Perkataanku memang absurd. Syukur jika ada yang paham, jika tidak pun semoga tidak menjadi salah paham fatal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar