Esok harinya, Sabtu, 09
Februari aku kembali ke sekolah tersebut. Memang sesuai kesepakatan, kami akan
hadir di hari Kamis – Sabtu. Saatnya pelajaran Seni Budaya. Aku membantu Aziz
memainkan pianika, duhai sungguh tidaklah mudah. Namun sejak itulah aku mulai
dekat dengan Aziz pun teman-temannya. Greget sekali aku melihat
anak-anak tersebut. Nurani yang senyumannya memikat, Salwa yang elegan, Really
yang begitu aktif pun paling cerewet manja ketika berbicara denganku, Hafidz
yang cerdas namun terkontaminasi oleh lingkungan yang kurang mendidik, Daffa si
cerdas dari keluarga sederhana. Duhai..senang rasanya mengenal mereka.
Dari jam pertama, aku diberi
keleluasaan mendampingi Aziz. Pun ketika istirahat aku menghabiskan waktu bersamanya.
Setelah istirahat, kelas empat akan melaksanakan kerja bakti, jadi aku tidak
perlu memasuki kelas lagi. Ketika itu, Bu Eka (kepsek) memanggil kami dan
menawarkan untuk mengajar di kelas dua karena kebetulan gurunya tidak ada. Aku mengangguk
pelan, namun aku tidak sendiri, dua temanku yang lain masuk juga.
Dan saat itulah kejutan-kejutan
lain aku dapatkan. Pertama, Aziz. Ia mengikutiku hingga masuk ruangan kelas
dua, lalu aku bilang pelan “Aziz, Kaka mau ke kelas dua dulu. Aziz kerja bakti
yah, nanti Kaka bareng Aziz lagi” Ia hanya menunduk dan keluar. “Duhai, maafkan
aku, Ziz” lirihku.
Kejutan selanjutnya,
ketika memasuki ruangan kelas dua, “Guru baruu, guru baruu”. Lantas mereka
berhamburan menghampiri kami, menyalami satu persatu. Hmmmm..aku
tersenyum simpul. Inikah rasanya menjadi seorang guru, ketika kehadiran kita
dinantikan, disambut senyum imut anak-anak yang bersemangat. Meskipun aku belum
menjadi guru sungguhan, setidaknya aku merasakan hal “istimewa” ini.
Pelajaran yang mesti kami
sampaikan adalah Seni Budaya. Aku sempat tertegun. “mau apa yang disampaikan,
Deh. Bukankah kamu kesulitan dalam mata pelajaran ini”. Namun demi melihat tawa
mereka, semangat mereka, ku beranikan diri untuk mengajak mereka bernyanyi. Duhai,
mereka sungguh pandai berbicara –cerewet-, tapi aku suka. Mulai dari Firman,
yang memaksa ingin menggambar namun temannya yang lain tidak membawa
perlengkapan menggambar, Kevin yang usil ga ketulungan, gadis-gadis
kecil yang curhat begitu saja, menceritakan apapun yang ingin
diceritakan, dan aku sungguh terharu ketika mereka memanggil namaku untuk sekedar
bertanya, protes, curhat, mengadu dan lain sebagainya, meski aku sedikit
kewalahan menanggapinya –karena terlalu banyak-, tapi aku suka. Ah, aku jatuh
cinta!! Sungguh !!
Setelah aku jatuh cinta
pada dunia ABK, kini aku jatuh cinta kepada mereka. Anak-anak usia delapan
tahun yang masih polos, imut. Duhai, aku jatuh cinta!! Aku semakin yakin untuk
concern di dunia pendidikan bahkan sebelum aku lulus kuliah. Bersama mereka,
mendampingi mereka untuk mengenal dunia, membimbing mereka agar tak salah arah,
ya, inilah duniaku !!
Di akhir jam pelajaran,
Firman masih manyun karena tidak sempat menggambar. Aku berusaha
membesarkan hatinya dengan melihat karyanya. Subhanallah, sungguh indah. Karya
anak usia delapan tahun yang sungguh indah. Bukan hanya gunung yang dibawahnya
ada sawah, saung, jalan, sungai –seperti kebiasaan anak-anak bahkan
kebiasaanku dulu. Hey ini lebih realistis. Gambar dua rusa dengan view gunung
dibelakangnya, yang...ah sulit kuungkapkan. Yang jelas, bagi ku yang tak pandai
menggambar itu sangatlah indah. Aku memujinya dan tanpa berpikir panjang, aku
refleks mengajaknya membuat perjanjian. “Kamis depan, Kaka mau lihat gambar
kamu yang lain” ujarku sembari tersenyum semangat. Tak kusangka, ia lebih
semangat “Wah siap Ka, siappp”.
Setelah pelajaran ditutup
dengan do’a, anak-anak berhamburan keluar segera pulang. Aku pun demikian. Sepanjang
perjalanan menuju jalan raya, banyak anak yang menyapa. Duhai, inilah
kebahagiaan tiada tara itu ?? Diujung jalan sana, seorang anak berteriak “Ka
Dedeh, nanti kamis ya!!”. Ah aku tertegun. “Eh iya iya..Aku tunggu ya, Firman”.
Ternyata dia serius, aku yakin itu. Aku semakin tak sabarlah menanti hari kamis
tiba.
Firman, Aziz, anak-anak
tunggu akuuuuu ^^
-end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar